Hiking Literasi, Belajar Menemukan Masalah dan Solusi

WhatsApp_Image_2022-08-15_at_09.02.20.jpeg

            8 orang reporter Diniyyah News Teen (Dinteen), majalah sekolah Diniyyah Puteri mengikuti Hiking Literasi bersama 5 orang tim Diniyyah Literacy Center (DLC). Reporter yang terdiri dari santri Madrasah Aliyah Swasta Kulliyatul Muallimat El Islamiyah (MAS KMI) dan Madrasah Tsanawiyah Diniyyah Menengah Pertama (MTsS DMP) melaksanakan Hiking Literasi pada Jum’at 12 Agustus 2022, pukul 07.00-12.00 WIB.

Riki Eka Putra, ST, Manager DLC mengatakan bahwa Hiking Literasi merupakan sebuah kegiatan outdoor yang berisirekreasi dan olahraga yang dibarengi dengan kegiatan belajar menemukan beragam persoalan disepanjang rute yang dilalui. Tujuan dari kegiatan ini adalah agar para santri tidak hanya menulis dan membaca tetapi juga mampu melihat persoalan yang ada di sekitar mereka serta menemukan solusinya.

Rute pertama dimulai pukul 07.00 WIB yang diawali dengan mengunjungi makam Rahmah El Yunusiyyah. Fazatil Husainah, Ketua Redaksi Dinteen yang juga seorang keturunan dari Rahmah El Yunusiyyah menjelaskan kepada peserta hiking tentang silsilah keluarga besar pendiri Diniyyah Puteri tersebut.

Perjalanan dilanjutkan dengan menyusuri gang di belakang kompleks Perguruan Diniyyah Puteri. Perjalanan kali ini terasa berbeda karena para santri diajak melihat Diniyyah Puteri dari sisi yang berbeda dari yang biasa mereka lihat. Di perjalanan, mereka banyak bertemu dengan masyarakat sekitar. Para santri turut memungut sampah plastik sebagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan. Sampah yang didapatkan tersebut langsung dipisahkan. Botol-botol plastik yang bisa dijual dibedakan tempatnya dengan sampah plastik yang tak laku dijual.

WhatsApp_Image_2022-08-15_at_09.02.04.jpeg

Rute perjalanan ini mengantarkan santri ke Jembatan Besi yang lebih dikenal dengan sebutan Jembes. Jika dilihat sekilas tidak ada yang menarik dari jembatan ini kecuali nilai-nilai sejarah yang dimuatnya. Jembatan yang sudah berdiri sejak zaman penjajahan Belanda ini adalah jembatan besi pertama yang dibangun di kota Padang Panjang.

Tidak jauh dari Jembes terdapat Mesjid Zuama yang dahulunya dikenal dengan nama Surau Jembatan Besi. Di tempat inilah Rahmah El Yunuisiyyah menuntut ilmu kepada seorang ulama besar Minangkabau yakni Haji Abdul Karim Amrullah atau yang lebih dikenal dengan nama Inyiak Rasul.

Berikutnya, tim melanjutkan perjalanan ke Kampung China, tempat yang menjadi cerminan tingginya toleransi di bumi Serambi Mekah, Padang Panjang. Para santri berinteraksi dengan warga keturunan Tionghoa dan membeli sembako di kedai mereka untuk acara bakti sosial di sepanjang perjalanan hiking. Salah seorang warga keturunan Tionghoa, Eliana,mengakui bahwa Padang Panjang merupakan kota dengan toleransi yang tinggi. Menurutnya tidak ada pengkasta-kastaan ditempat ini. Semua mampu beradaptasi dan hidup rukun antar umat beragama.

Perjalanan dilanjutkan hingga sampai di stasiun kereta api Padang Panjang. Disini para anggota tim menjelajahi bangunan tua tersebut. Mereka juga mengamati kereta api uap yang sudah tidak aktif lagi. Sejak dinonaktifkan pada tahun 2012 lalu stasiun kereta api yang mengandung banyak nilai budaya dan sejarah ini memang seakan mati suri dan tidak bergairah lagi di tengah hiruk pikuk kota Padang Panjang. Pada kesempatan ini para santri memberikan botol-botol plastik yang sudah dipungut di sepanjang jalan serta menyerahkan bantuan berupa sembako kepada keluarga pemulung yang tinggal di dekat stasiun. Santri juga mewawancarainya guna mendapatkan informasi yang dibutuhkan.

WhatsApp_Image_2022-08-15_at_09.01.48.jpeg

Setelah menapaktilas sejarah di beberapa sudut Kota Padang Panjang, tim melanjutkan ekspedisi ke bagian lereng Gunung Singgalang, tepatnya di Sangkua, daerah perbatasan Kota Padang Panjang dan Kabupaten Tanah Datar. Sangkua yang merupakan bagian dariJorong Sikabu, Nagari Singgalang punya pesonanya tersendiri. Meskipun terletak jauh dari pusat Tanah Datar, wilayah ini menyimpan keindahan alam yang memanjakan mata. Dipisahkan oleh aliran sungai dengan Kota Padang Panjang membuat identitas asli Sangkua jarang diketahui sampai tahun 2013 Bupati Tanah Datar Shadiq Pasadigoe berkunjung dan membangun jalan di nagari tersebut. Di daerah ini anggota tim melakukan bakti sosial dengan menyerahkan sembako kepada penduduk asli Sangkua sekaligus mewawancarai mereka.

Perjalanan diakhiri dengan menyaksikan pertambangan batu kapur yang dijalankan masyarakat setempat. Letaknya tak jauh dari Sangkua. Kegiatan ini berakhir jam 12.00 WIB yang ditutup dengan makan siang bersama di kantor DLC.

Syahidah Naura El Khaer, peserta Hiking Literasi menyampaikan kesannya pada kegiatan ini, “Hiking literasi ini berbeda dengan hiking-hiking sebelumnyakarena pada kegiatan ini pikiran dan wawasan saya jadi terbuka. Betapa besarnya dunia yang belum saya jelajahi. Hiking ini tidak hanya membuat tubuh saya kuat tapi juga menambah ilmu dan wawasan. Saya berharap kegiatan seperti ini akan lebih sering lagi dan pesertanya juga lebih banyak.(ShifaKhairaNajwa/TasyaSabila/DiniyyahNews)

You are here: Home News and Events Hiking Literasi, Belajar Menemukan Masalah dan Solusi