Cerdas dalam Pandangan Bu Fauziah Fauzan
Bicara tentang cerdas sebagai khalifah, Bu Zizi merupakan sosok yang amat pantas menyandangnya. Lihatlah, kecerdasannya mampu membuka pintu-pintu dunia untuk kita jelajahi. Selain cerdas, Bu Zizi adalah jiwa yang terang. Pernah seorang santri mendapati beliau tengah menunaikan sholat Tahajjud di sepertiga malam dalam masjid An-Nur, masjid asrama yang menaungi santri-santri.
Bu Zizi sholat dikala santri tengah tertidur pulas, ditengah kesibukan yang menyergap Pimpinan Perguruan Diniyyah Puteri Padang Panjang ini. Wah, mungkin saja sebelum sholat, beliaupatroli, memastikan bahwa ratusan anak-anaknya baik-baik saja. Persis seperti apa yang dilakukan khalifah kedua, yakni Umar Bin Khathab r.a. Bisa jadi, bukan? Inilah kecerdasan yang hakiki. Cerdas yang diridhoi Allah SWT, itulah cerdas yang sebenar-benarnya.
Ibunda kita, Bu Zizi adalah sosok yang menggambarkan bahwa keberhasilan hanya akan digenggam dengan perjuangan dan kejayaan yang kelak diraih bukanlah untuk dibanggakan melainkan untuk disyukuri. Cerdas sebagai khalifah bisa dibilang tujuan kita ada di dunia ini. Yap, sebagai khalifah. Hal ini sudah tercantum dalam Al-Qur’an dalam surah Al-Baqarah ayat 30. Bagi Bu Zizi, cerdas sebagai khalifah itu memenuhi 3 karakter santri. Selain itu, untuk menjadi khalifah, seseorang harus ahli ibadah dan kuat.
“Tapi, ahli ibadah dan kuat saja tidaklah cukup. Harus cerdas! Kalau tidak cerdas, ya memble! Mudah ditipu. Jadi khalifah itu juga harus kuat mentalnya. Harus cerdas dalam akademik dan emosi,” kata Bu Zizi.
Jadi, selain cerdas dalam akademik, kita juga harus cerdas mengontrol emosi. Tidak mudah marah, tidak larut dalam kesedihan, juga tidak berlebih-lebihan dalam bahagia. Tetap terlihat tenang dan menunjukkan kepada dunia bahwa diri ini baik-baik saja. Bu Zizi bercerita tentang kisah beberapa tahun silam yang punya tempat sendiri dalam memoarnya. Kala itu, Bu Zizi melakukan aktivitasnya yang padat seperti biasa. Tapi, hari itu beliau menerima kabar bahwa ayahnya meninggal dunia. Hal itu merupakan pukulan yang amat dalam, namun Bu Zizi tetap tampil tegar. Sehabis datang kekediaman orang tuanya, Bu Zizi langsung terbang keluar kota untuk menghadiri pelatihan yang telah dijanjikan dan beliaulah trainer utamanya.
“Mereka sudah pesankan hotel, sudah dipersiapkan semuanya. Nah, kalau gak bisa cerdas dalam emosi, akan ada berapa banyak pihak yang rugi? Mereka gak akan mau tahu kalau hati kita lagi tercabik-cabik, yang mereka tahu semuanya berjalan baik-baik saja,” ujar Bu Zizi dalam ceritanya.
Maka, kita sebagai khalifah pantang untuk meladeni perasaan yang tiba-tiba datang, sedih yang luar biasa. Perasaan kita harus tetap kita jaga ketenangannya. Dengan begitu, semuanya akan baik-baik saja. Hal ini juga termasuk dalam nilai ke-2 dari karakter santri Diniyyah Puteri, yakni kuat dan tegar sebagai mujahid Allah SWT. Jadi tiga karakter yang kita emban ini akan saling berpengaruh. Apabila langkah kita benar, maka keseluruhan karakter tersebut akan menjadi karakter yang tertanam kuat dalam diri.
Bagi Bu Zizi, nilai cerdas sebagai khalifahmemiliki andil yang sangat penting untuk menjalani sikap yang lain. Kita tidak akan dapat melakukan amal tanpa pengetahuan. Orang-orang yan beramal tanpa pengetahuan, hanyalah melakukan sikap brutal semata. Orang-orang yang cerdas adalah mereka yang tahu tujuan hidupnya. Inilah alasan mengapa santri Diniyyah Puteri membuat blue print(rancangan masa depan).
Ketika ditanya mana yang lebih penting, ilmu atau adab? Bu Zizi berkata, “Orang yang berilmu itu pasti beradab. Orang yang berilmu tapi tidak punya adab itu sama dengan orang yang gak punya ilmu. Ibarat flashdisk yang dihubungkan ke komputer, orang-orang yang tidak beradab adalah komputer yang off. Sekalipun dalam flashdisk itu banyak sekali isinya tapi kalau komputer gak on, percuma. Ilmu tanpa adab memang akan jadi bencana.”
Ketika diwawancara, Bu Zizi sudah prepare untuk keberangkatannya ke Amerika Serikat dan akan mengunjungi Harvard Law School. Beliau sempat bercerita tentang kekagumannya atas Ashabul Kahfi saat mengunjungi gua tempat tertidurnya 7 orang pemuda dan seekor anjing di Jordan. Betapa luar biasanya Allah SWT yang telah menghidupkan sel-sel di dalam tubuh para pemuda Ashabul Kahfi tersebut selama 309 tahun.
Selain itu, Bu Zizi punya big dream yang belum tercapai nih teman-teman, yakni masuk jannah. Kita doakan sama-sama ya, semoga ibu kita, Bu Zizi tempat kembalinya ialah jannah tanpa hisab. Adapun harapan Bu Zizi ialah semua santri Diniyyah Puteri sukses dipanggung dunia dan meraih surga-Nya.
“Ibu sudah usaha buat MoU dengan belahan negeri lain. Ibu harap, santri-santrinya bisa menggapai kesempatan itu,” sahut Bu Zizi, penuh harap.(Khairun Nisa Amci Ilzania/MAS KMI Diniyyah Puteri)