Semua orang pasti pernah mengalami suatu masalah. Masalah itu bisa datang kapan saja dan dimana saja. Kebanyakan masalah itu dapat menyebabkan perkelahian dan perselisihan. Namun, biasanya, permasalahan itu dapat diselesaikan secara baik-baik.

            Allah SWT melarang manusia agar tidak memiliki masalah atau bermusuhan. Ada juga orang bijak yang mengatakan, “Jagalah saudara-saudaramu sebaik-baik mungkin dan berikanlah mereka senyuman terindah darimu.”

            Biasanya, mencari cara untuk mengatasi masalah pasti sulit bagi sobat semua? Oh iya, saya akan memberikan beberapa tips agar sobat semua tidak mengalami masalah kembali.

            Tips pertama, berikanlah senyumanmu kepada kepada siapapun agar mereka mengetahui bahwa kamu itu adalah orang yang baik. Kemudian, tips kedua, jagalah fikiranmu, jangan pernah membuat mereka beranggapan bahwa kamu itu adalah orang yang tidak terdidik dan tidak sopan. Dan yang terakhir, jangan pernah membuat teman kamu kesal atas perilakumu yang membuatnya kecewa.

(Hilda Ridwan Mas/MTs DMP Diniyyah Puteri)

Beberapa waktu yang lalu, Pramuka kami hiking ke daerah Singgalang. Hmm, seru banget. Dimulai dengan kemah yang dibarengi dengan jurit yang super tegang dan pagi-pagi sekali kami melakukan hiking. Kami berangkat dengan mobil sekolah karena arena jelajah kali ini lumayan jauh dan belum pernah kami jelajahi sebelumnya, sesuai yang dikatakan kak Joni Aswan selaku Pembina Pramuka. Merinding memang, karena hari ini berawan dan untungnya kemungkinan akan hujan kecil sekali, soalnya gak ada awan hitam yang menandakan hujan akan turun. Kami turun di persimpangan tiga dan mendengarkan dengan seksama apa saja yang perlu diperhatikan saat perjalanan hiking berlangsung.

            Jelajah kali ini diawali dengan tebak-tebakan dan seperti biasa yang bisa menebak duluan, dia berada di posisi terdepan rombongan jelajah. Sanggaku nomor dua duluan. Rute awal masih di jalanan aspal dengan tanda cat pilox sebagai penunjuk jalan yang telah diberikan kakak Pramuka. Diawali dengan jalan menanjak yang bikin naik betis, lalu beberapa menit kami berjalan, akhirnya kami pun dihibur dengan jalanan menurun.

            Huh, ternyata jalanan menanjak curam lagi dan tanjakan ini lebih parah dibandingkan tanjakan awal tadi. Sungguh, kehausan dan kelaparan pun segar mendera. Aku dan kawan-kawan mengeluarkan bekal yang diberikan kakak pramuka dan sayangnya makanan itu ketinggalan, sehingga hanya air yang bisa menyumpal kelaparan ini.

            Hingga akhirnya kami menemukan tanda masuk ke dalam semak. Dan hatiku pun senang kalau akhirnya kita mulai memasuki hutan. Tahap pertama yang kulakukan yaitu mencari kayu sebagai tongkat untuk penahan badan. Aku berhenti sejenak untuk memastikan pakaian kupakai sudah masuk sepenuhnya ke kaus kaki panjangku, agar tidak ada hewan hewan seperti pacet menggigit. Ukh, Hewan yang menggelikan. Lalu kunaikkan tasku agar tidak terlalu basah saat melewati sungai. Setelah semuanya kuperiksa, kususul teman-teman yang sudah duluan jalan.

            Suasana hatiku amat senang tak karuan. Tak kusangka kalau yang kulihat ini benar-benar hutan, bukan gambar yang selama ini kulihat di laptop. Jalanan sekarang becek dan penuh lumpur merah dan kuikhlaskan sepatuku ini untuk bernostalgia dengan lumpur yang basah ini. Semakin ke bawah kami berjalan, semakin besar batu-batu yang harus dilewati. Akhirnya aku mendengar suara riak air yang sangat deras. Tak sabaran seberapa besar sungainya dan seberapa dingin airnya.

            Ternyata kakak pramuka sudah menunggu di sana, di anak sungai kecil. Di posko morse, aku dites duluan. Sejujurnya aku belum terlalu menguasainya dengan baik. Hukumannya ya benamkan badan sampai pinggang. Wa…., dingin benar sob. “Uh ini belum seberapa,” batinku. Dan setelah semua anggota sanggaku menjalani tes, kami melanjutkan perjalanan. Menurutku bunyi air kali ini benar-benar sungai yang besar. Ya, Semangatku bertambah membara.

            Yah, kurasa ini sungainya, tapi hatiku belum puas, karena belum menyerupai hutan-hutan kayak di laptopku. Posko ini posko kreativitas. Menggunakan apa saja yang terlihat untuk hiasan, sebagai tanda kalau kita udah ikut hiking. Akhirnya kami memilih ujung bambu dan diselipkan ke lipatan lilit kami. Uh… lumayan lah, gak ribet. Haha..

            Lalu kami lanjutkan perjalanan, aku semakin penasaran suara deras air sungai ini semakin keras dan kuyakin yang tadi itu belum sungai besarnya dan ternyata benar dugaanku. Aku melihat sungai yang penuh dengan batu-batu basar sebagai posko terakhir kami. Ya… ternyata surprise dari kakak pramukanya. Disini hanya posko main main. Kami harus menyiram teman-teman dengan air sungai yang dinginnya bukan main. Aku senang, ini setidaknya hampir mirip dengan koleksi foto hutan yang ada di laptopku.

            Aku melihat kak Ade, Kakak Pembina Pramuka yang sebenarnya guru Matematikaku di sekolah, melanjutkan perjalanan ke atas sungai. Aku pun mengajak teman-teman untuk ke sana. Dan semua setuju dengan pendapatku. Akhirnya kami mengikutinya. Aku memperhatikan pohon-pohon di sekitarku. Ada beberapa yang kutau. Ada pohon rotan, beringin, surian, kulit manis, dan pohon-pohon besar yang tak kutahu namanya. Dalam hatiku berteriak riang “Ini baru benar-benar hiking”.

            Kami berjalan di sungai yang dalamnya tak teratur. Aku dan teman-teman kadang sering jatuh saat menginjak batu batu yang kukira gak licin. Uh… terantuk sudah. Agak memar dan biru sedikit. Tapi, kalau hati ini senang menjalani hiking, rasa sakit ditusuk durilah, dihantam batu-batu segede apapun, bisa mengalahkan rasa sakitnya alias gak kerasa lagi (woalah.. gombal). Salah satu temanku terlihat mengeluarkan kameranya dan memotret apapun yang menurut dia menarik. Kami pun minta potret setidaknya jadi kenang-kenangan.

(Nadia Salami/MA KMI Diniyyah Puteri)

*Shallallahu a’laika ya Rasulullah
Shallallahu a’laika ya habiballah

Hai kekasih Allah mahluk yang mulia
Rahmat tuk semesta tauladan bagi semua

Hai kekasih Allah mahluk yang sempurna
Tiada kata dusta dalam ucapannya

*Shallallahu a’laika ya rasulullah
Shallallahu a’laika ya habiballah

Hai kekasih Allah mahluk yang tercinta
Pengasih dan penyayang kepada ummatnya

Hai kekasih Allah mahluk yang kurindu
Dalam setiap langkah di kehidupanku

Back to : *

 

            Sobat, kenal lagu nasyid yang satu ini nggak? Atau sekedar tahu para personilnya gitu. Wahhh, semua mesti pada tahu dong. Yupps, this is song is the acapella music of Awan Nasyid. 

Para personilnya yang masih muda dan berjiwa remaja, mampu membawakan setiap lagunya mudah digemari. Dengan alunan musik yang begitu modern, sekali-kali bisa juga dikatakan cool, maka sobat dijamin nggak bakalan rugi deh setiap dengerin semua lagu-lagunya. Melalui liriknya yang berisi nasihat-nasihat, maka InsyaAllah kita akan dapat memanfaatkan dari setiap makna lagunya dalam kehidupan sehari-hari. Maka jelaslah bahwa nasyid ini memang pantas didengar para kaum muda.

Tak cuma itu sobat, musik asli yang biasa kita dengar seperti alunan suara gitar, bass, drum, dsb, malah diganti melalui alunan setiap mulut mereka sendiri, yang sering disebut acapella. Hal ini yang patut dikatakan keren dari Awan Nasyid. Nggak capek apa mereka ya. Hahaaa, ntahlah. Selama mereka berdakwah dengan cara ini semata-mata karena Allah, maka tidak ada istilah capek.

So, bagi sobat yang ingin dengar nasyid acapellanya ala Awan Nasyid yang wonderfull, searching-searching aja di youtube. Ingat, nggak bakal rugi kok!

(Amimma Nurti Lusdiana/MA KMI Diniyyah Puteri)

Masa Orientasi Siswa atau disingkat MOS merupakan kegiatan  yang umum dilaksanakan di sekolah guna menyambut kedatangan siswa baru yang bertujuan untuk memperkenalkan lingkungan sekolah beserta budaya, dan tata tertib di dalamnya. Selain hal-hal yang berkaitan dengan sekolah, MOS juga bertujuan untuk membangun ketahanan mental, meningkatkan disiplin, mempererat tali persaudaraan serta mengarahkan siswa untuk memilih ekstrakurikuler yang sesuai dengan bakat dan minat masing-masing.

            MOS dijumpai hampir di setiap sekolah SMP atau SMA, baik negeri maupun swasta saat tahun ajaran baru. Beragam kegiatan yang dilakukan saat acara ini, mulai dari acara di dalam kelas seperti pengenalan guru dan organisasi sekolah, metode belajar, dan jenis-jenis ekstrakulikuler yang dapat dipilih siswa, hingga acara di luar kelas seperti latihan baris-berbaris dan upacara bendera. Selain itu juga berbagai hal yang harus dikerjakan siswa seperti membuat barang-barang yang kadang bisa dikatakan aneh.

            Bagi sebagian orang, MOS bisa dikatakan masa yang menakutkan. Hal itu disebabkan karena saat MOS, banyak dijumpai hal-hal baru yang tak ada di sekolah sebelumnya. Selain itu, juga banyak menerima tantangan dari pengurus OSIS. Kadang kita disuruh membuat hal yang macam-macam dan mereka bersikap marah-marah seperti tak mengenal kita. Tujuannya untuk menguji sejauh mana ketahanan kita. Hal inilah yang banyak membuat kita takut dan bosan.

            Namun semua itu tak lepas dari tujuan yang mulia untuk mendidik dan mengarahkan kita ke arah yang lebih baik, serta membangun karakter kita yang sesuai dengan basis sekolah agar kita mudah beradaptasi nantinya. Seperti di Diniyyah Puteri contohnya. Hal utama yang diajarkan adalah memperkenalkan santrinya tentang lingkungan sekolah dan asrama, serta membangun karakter santri sesuai dengan visi-misi yang diharapkan dengan tujuan memperbaiki akhlak santrinya kedepan agar menjadi lebih baik dari sebelumnya.

            Santri baru dididik dengan training-training motivasi dan diajarkan mulai dari kehidupan di asrama seperti cara melipat selimut, memasang lilit, merapikan lemari, melipat pakaian, dan bagaimana sikap sopan santun kepada orang yang lebih tua dan masih banyak lagi. Kalau di lingkungan sekolah, santrinya diajarkan cara belajar yang efektif dan dilatih untuk bermimpi besar, serta masih banyak lagi.

            Jadi, MOS memang terasa bosan jika kita tak terbiasa hidup mandiri dan kurang terbuka dengan hal baru. Namun dengan adanya MOS, kita bisa mendapatkan banyak pengalaman yang bisa kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Jadi, jalani MOS itu dengan bahagia dan ikhlas.

(Nesa Maharani/MA KMI Diniyyah Puteri)

IMG 0194

Diniyyah Puteri sekolah saya adalah pesantren khusus putri. Di sekolah tersebut, kami punya suatu peraturan yang harus selalu kami taati dimana pun kami berada dan dalam keadaan apapun, selama kami masih berada dalam ruang lingkup sekolah. Salah satunya adalah perguruan mewajibkan untuk memakai lilit. Lilit adalah salah satu seragam sekolah kami yang menyerupai jilbab. Tapi bedanya lilit ini persis seperti pashmina dan cara memakainya dililitkan. Lilit adalah salah satu seragam khas yang membedakan kami dengan anak-anak putri dari pesantren yang lainnya. Lilit ini juga bisa dibilang warisan turun temurun dari pendiri perguruan kami.

Agar terlihat lebih rapi dan tidak berantakan, jarum pentul yang disiapkan untuk memasang lilit pun harus lebih banyak. Bisa dikatakan jarum pentul adalah kebutuhan pokok kami setiap memakai lilit. Nah, ketika persiapan ke Jepang semuanya membawa jarum pentul sebanyak yang dipunya. Karena kebanyakan digunakan untuk persiapan di jalan apabila ada jarum pentul yang tercecer atau pun hilang, sehingga masih punya banyak cadangan.

Jepang terkenal dengan budayanya yang sangat sensitif dengan keselamatan orang lain. Apalagi kalau itu dapat membahayakan nyawa banyak orang. Sekecil dan sesepele apapun itu, bisa jadi rumit kalau yang kita hadapi adalah orang Jepang. Kembali ke cerita tentang jarum pentul tadi. Selama di Jepang, kami menyewa 1 bus besar, bus itu akan menemani perjalanan kami dari pagi sampai malamnya. Jadi bisa dibayangkan bus bisa jadi rumah kedua selain hotel yang kami tempati. Kebiasaan buruk pun muncul. Barang berserakan dimana-mana, tas, buku-buku, dan yang paling gawatnya lagi, jarum pentul pun banyak menempel di kursi-kursi bus. Sehari kemudian, kami mendapat kabar bahwa sopir sempat merasa tersinggung karena beliau menemukan begitu banyak benda tajam berserakan dimana-mana. Ya itu jarum pentul. Bagi orang Jepang itu bisa jadi sebuat tindakan kriminal, apalagi jarum pentul yang ditemukan tidak hanya di satu tempat, hampir di semua bangku. “Maksudnya apa ini?” Mereka sempat agak sensi jadinya. Wah, ternyata di sana benda sekecil dan sesepele itu bisa jadi masalah besar. Setelah dijelaskan berkali-kali oleh ibu Mina Hatori, guru pembimbing kami selama di Jepang, baru beliau mengerti. Kalau tidak, mungkin entah bagaimana masalah yang akan kami hadapi.

Ternyata masalah jarum pentul ini tidak sampai disini saja. Kejadian yang serupa terulang di hotel tempat kami menginap. Yang kita tahu pastinya kamar hotel yang kita tempati adalah sepenuhnya milik kita selama kita menginap, sehingga semua barang-barang bebas berserakan di sana-sini. Dan kami juga tidak menyadari jarum pentul yang kami gunakan terselip di selimut atau terjatuh di lantai. Sehingga ketika petugas hotel yang memeriksa kamar benar-benar sangat kaget. Baru kali ini mereka menemukan tamu yang berlaku criminal yang dengan tega membiarkan jarum pentul berserakan. Mereka hampir menyangka kami orang jahat yang ingin mencelakai tamu-tamu lainnya. Sampai pada hari terakhir menginap, mereka melakukan scanning ulang ke semua seprai dan selimut kami. Mana tau ada terselip jarum pentul. Wahh…. nasib, nasib, ternyata jarum pentul sama kayak pisau keramat kalau di negara Jepang.

Sekedar informasi, hampir di seluruh penginapan di Jepang memberlakukan hal seperti ini. Nah, apabila kita tidak bisa menjelaskannya secara jelas, atau terjadi salah paham, nama kita akan diblacklist dan tidak diperbolehkan untuk kembali menginap di hotel yang sama. (Safira Widastika/MA KMI Diniyyah Puteri)