Di era globalisasi yang serba instan, mahal serta modern ini, kita sebagai remaja atau generasi pemimpin masa depan seharusnya tidak terjerumus pada hal mudharat yang serba negatif tersebut. Jangan membanggakan keinstanan tapi manfaatkanlah inovatif serta kreatifitas.

Salah satu penunjang atau pengasah kemampuan, bisa dilakukan dengan berbisnis sejak dini. Jangan ditunggu sampai kita kuliah jika kita mampu melakukannya sekarang. Mengapa begitu? Waktulah sebagai jawaban. Di masa remaja, kita sudah seharusnya melatih jiwa bisnis dan menerapkan saat telah kuliah nanti.

Selain tujuannya karena waktu, kita juga dapat menjadi pribadi yang lebih produktif daripada konsumtif. Kita tak hanya bisa minta sana-sini pada orang tua. Kita akan lebih mandiri dengan sendirinya, sebab saat berbisnis kita yang menjadi pemegang hak, tidak bergantung pada orang tua, tapi cukup hanya diperhatikan saja bila ada kendala.

"Entrepreneur di Indonesia masih tergolong sedikit. Kalau mau negara sukses, harus perbanyak entrepreneur. Kalau semua bercita-cita menjadi pegawai, beban negara akan berat. Anak-anak bisa belajar kreatif sejak dini. Anak-anak pun harus percaya diri untuk menjadi entrepreneur," jelas kak Seto Mulyadi di acara Kidpreneur Award 2012 yang diadakan Permata Bank dan Berani Mag, di FX Sudirman Jakarta. Dari sana jelas bahwa Indonesia ini butuh kita dengan segala keinovatifan dan kekreatifitasan yang harusnya diluapkan lewat bisnis.

Salah satu contoh bisnis untuk anak sekolah adalah menjadi agen pulsa untuk tetangga-tetangga, teman, guru bahkan orang tua, karena pulsa cukup menjadi sebuah kebutuhan. Atau bagi yang suka memasak, bisa saja masak makanan ringan seperti sosis, kue kering, es krim yang bisa dimakan ketika istirahat sekolah berlangsung.

Tapi, jangan hanya terlena pada bisnis, lalu melupakan hal-hal yang lain. Luruskanlah niat agar nanti tidak berubah pikiran untuk membeli barang-barang yang tak berguna, tetapi untuk meringankan beban orangtua, mau mandiri, serta mau punya banyak pengalaman. Lalu jagalah kejujuran, agar mudah mendapat kepercayaan orang lain. Itu merupakan modal yang sangat besar untuk kelangsungan bisnis. Terlebih lagi saat ini kejujuran menjadi barang langka, sangat sulit ditemukan dan sangat berharga, sehingga kejujuran perlu dipraktekkan.

Tak lupa, buatlah mental sekuat baja. Jangan mau meleleh di kala tak sukses ataupun gagal total. Mental sekuat itu tidak langsung ada pada jiwa pebisnis, tapi dilakukan secara bertahap, terus-menerus, apalagi kita yang bisa dikatan baru pemula. Pastinya tidak terlepas dari kesalahan. Jangan malu bertanya pada senior, pandai-pandai mencuri ilmu dari para pebisnis yang sudah lama terjun dan sukses dalam bidangnya.

Di samping itu, bagilah waktu dengan spesifik. Jangan sampai membuang waktu untuk belajar dengan memikirkan bagaimana kelangsungan bisnis kita ke depan. Contohnya, waktu untuk membuat PR dilakukan untuk bisnis. Itu salah besar, sebab jangan lupakan prioritas kita sebagai pelajar yang memiliki kewajiban utuk menuntut ilmu. (Nisa’ul Afifah/MA KMI Diniyyah Puteri)