capture-20130918-131923

Sudah tiga minggu Ramadhan pergi meninggalkan kita semua. Di bulan yang mulia tersebut, banyak diantara kita yang memperbaiki penampilan menjadi lebih sopan. Pergaulan sehari-hari juga kita batasi dengan alasan sedang berpuasa dan menahan nafsu. Kita memperbanyak membaca Alquran, kalau bisa khatam sekali, dua kali bahkan lebih.

            Di bulan suci itu, sedekah dan zakat tak lupa dikeluarkan. Tiap malam kita melaksanakan sholat tarawih di masjid, memperbanyak amalan sunnah dan sholat malam. Kita berlomba-lomba untuk memperbanyak amal ibadah dan mmmm memperbaiki diri karena Ramadhan adalah bulan penuh berkah dan rahmat.

            Namun, ketika Ramadhan telah pergi, apa yang terjadi? Banyak dari kita yang kembali pada kebiasaan masing-masing. Amal ibadah yang tadinya banyak, berangsur berkurang menjadi ala kadarnya. Pergaulan tidak ada batasnya. Kita jarang pergi sholat berjamaah ke masjid dengan berbagai alasan. Membaca Alquran cukup satu halaman sehari, bahkan sampai tidak ada sama sekali. Sedekah dan zakat pun kita keluarkan sekedarnya. Amalan sunnah dan sholat malam pun mulai kita tinggalkan begitu saja.

            Jika demikian adanya, puasa yang kita jalani tidak akan memberi pengaruh yang positif yaitu berupa peningkatan taqwa dan hanya menjadi kegiatan rutin setiap tahun belaka. Sehingga banyak di antara kita yang hanya menjadi orang-orang merugi, sebagaimana yang dijelaskan oleh Rasulullah SAW, “Berapa banyak orang yang berpuasa, hanya mendapatkan lapar dan dahaga saja.” (HR. Nasa'i dan Ibnu Majah)

            Sesungguhnya, seseorang yang dianggap sukses adalah yang bisa membawa semangat Ramadhan pada sebelas bulan yang lain, yaitu bisa mempertahankan amal saleh dan menjaga pengendalian diri seperti yang ia lakukan sewaktu menjalani bulan Ramadhan.

            Jadi, hendaknya tidak hanya di bulan Ramadhan saja kita berlomba-lomba untuk beribadah. Namun, ketika Ramadhan berlalu, kita harus tetap mempertahankan kualitas amal ibadah dan pengendalian diri kita masing-masing. Supaya Ramadhan tersebut benar-benar menjadi ajang untuk melatih diri kita menjadi manusia yang bertaqwa. Berikut, ada beberapa amalan yang harus kita pertahankan setelah Ramadhan.

            Pertama, puasa sunah. Baik itu puasa Senin Kamis, maupun puasa Syawal. Adapun puasa Syawal merupakan penyempurna puasa Ramadhan. Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan, kemudian mengikutinya dengan puasa enam hari di bulan Syawal, ia seperti berpuasa satu tahun penuh.” (HR. Muslim).

            Kedua, shalat berjamaah. Bila di bulan Ramadhan kita senantiasa melaksanakan shalat berjamaah di masjid atau mushala, setidaknya itu bisa berlanjut pada bulan-bulan berikutnya. Terlebih lagi shalat Isya dan Subuh. “Sesungguhnya, shalat yang paling berat bagi orang munafik adalah shalat Isya dan shalat Subuh. Sekiranya mereka mengetahui apa yang terkandung di dalamnya, niscaya mereka akan mendatanginya walaupun dengan merangkak." (HR. Bukhari Muslim).

            Ketiga, qiyamullail. Shalat Tarawih di bulan Ramadhan merupakan bagian dari shalat malam yang harus dilanjutkan di bulan lainnya. “Rahmat Allah akan diturunkan ke bumi pada setiap malam ketika malam pada bulan Ramadhan tinggal sepertiga terakhir. Dia berkata, ‘kemana hamba-Ku yang berdoa, akan Aku kabulkan doanya. Kemanakah hamba-Ku yang meminta, Aku akan penuhi permintaannya. Kemana pula hamba-Ku yang beristigfar, Aku akan ampuni dosanya.” (HR. Bukhari Muslim).

            Keempat, membaca Alquran. Kebiasaan tadarus Alquran hendaknya senantiasa bertambah sesudah Ramadhan. “Orang yang membaca Alquran dan ia mahir (membaca dengan tartil) akan bersama para malaikat yang mulia dan taat (di akhirat). Sedangkan, seseorang membaca Alquran dan ia merasa susah dalam membacanya, tetapi ia selalu berusaha, ia akan mendapat dua pahala.” (HR. Bukhari Muslim).

            Kelima, tidak berbohong. Orang yang berkata jujur pasti akan mendapatkan kebaikan. “Sesungguhnya, berkata jujur membawa kepada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan itu membawa ke surga. Seseorang akan selalu berlaku jujur sehingga ia dicatat di sisi Allah SWT sebagai orang yang jujur. Sesungguhnya, berbohong itu membawa kepada kejahatan dan sesungguhnya kejahatan itu membawa ke neraka. Mmmmm Seseorang akan selalu berdusta sehingga ia dicatat di sisi Allah sebagai pendusta." (HR. Bukhari Muslim)

            Keenam, gemar berinfak. “Perumpamaan orang yang menginfakan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai yang pada tiap-tiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki. Allah Maha Luas lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 261).

            Memang, hanya Allah SWT yang mengetahui siapa orang-orang yang sukses di bulan Ramadhan yang lalu, sehingga layak memperoleh derajat taqwa. Tulisan ini adalah muhasabah untuk kita semua. Semoga kita bisa mempertahankan semangat beramal di bulan Ramadhan yang lalu, sehingga kita bisa selalu memperbaiki diri kedepannya.

            Dan semoga Allah SWT memberi kesempatan kepada kita untuk bertemu dengan bulan Ramadhan yang akan datang. Karena usia kita berada dalam genggaman-Nya. Kita hanya mampu berdoa, semoga diberi kesempatan untuk kembali bersua dengan bulan mulia tersebut.

Wallahu a'lam